KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan
trhadap kehadirat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah Bahasa Indonesia ini. Dalam proses pengumpulan data-data dan juga
proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari kerja keras kelompok kami.
Makalah yang kami buat adalah mengenai EYD khususnya dalam penggunaan tanda
baca, yang di masa kini kurang begitu diperhatikan dan jarang dipergunakan
dalam suatu kepentingan yang non formal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang seberapa pentingnya
penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD. Kami sadar dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat beberapa kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah
ini dapat bermanfaat buat kita semua. Selamat membaca
Kuta Binjei, 25 September
2012
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau
kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan katamengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang
jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan
tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai
dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal
16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam
dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan
pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan
pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen
tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2.
Masalah
Pada masalah ini, kami akan menjelaskan
bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini kami
menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan letak penggunaan dan fungsi
dari macam-macam tanda baca tersebut, sehingga kita bisa memahami bagaimana
cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar, karena dalam aturan penggunaan
tanda baca, banyak sekali masalah masalah penulisan tanda baca yang kurang
tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi tentang tulisan yang ditulis
dalam sebuah karya tulis.
1.3.
Ruang
Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek,
yaitu:
1.
Pemakaian Huruf
2.
Penulisan Huruf
3.
Penulisan Kata
4.
Penulisan unsure
serapan
5.
Pemakaian Tanda
Baca
1).
Pemakaian huruf
membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu
1.
Abjad 4.
Pemenggalan
2.
Vokal 5. Nama Diri
3. Konsonan
2).
Penulisan huruf
membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi
1. Huruf Kapital
2. Huruf Miring
3).
Penulisan kata
membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa
1.
Kata Dasar
2.
Kata Turunan
3.
Kata Ulang
4.
Gabungan Kata
5.
Kata Ganti kau, ku, mu,dan nya
6.
Kata Depan di, ke, dan dari
7.
Kata Sandang si dan sang
8.
Partikel
9.
Singkatan dan
Akronim
10.
Angka dan
Lambang Bilangan
4).
Penulisan unsur
serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosa kata
yang berasal dari bahasa asing.
5).
emakaian tanda
baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam
penulisan dengan kaidanya masing-masing
Di dalam hal ini, kita akan mempelajari ejaan yang
nomor lima yaitu penggunaan tanda baca
1.4.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari
penulisan karya tulis ini adalah:
1.
Dapat memahami
fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
2.
Dapat memahami
tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3.
Dapat membuat
sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
4.
Dapat memahami
dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
1.5.
Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini, kami
dapat memberikan manfaat antara lain
- Dapat menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
- Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
- Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pemakaian
Tanda Baca
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah,
kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca
sering sekali kita lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga
menjadikan karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang
baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu,
sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan
tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa,
tanda baca selalu di anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang
menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil
kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks kalimat ini jika tidak kita
beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari
kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang mati dalam konteks kalimat
ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat ini dengan pemberian tanda
baca seperti ini ”kucing makan, tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?, kemudian apabila kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan
tikus, mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus
mati adalah salah satu contoh kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah
menggunakan tanda bacanya. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca dalam
penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
2.2.
Macam-macam
tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam
penuisan yaitu:
1.
Tanda titik (.)
2.
Tanda koma (,)
3.
Tanda titik koma
(;)
4.
Tanda titik dua
(:)
5.
Tanda hubung (-)
6.
Tanda pisah (_)
7.
Tanda elipis (…)
8.
Tanda Tanya (?)
9.
Tanda seru (!)
10. Tanda kurung ((…))
11. Tanda kurung siku ([…])
12. Tanda petik ganda (“…”)
13. Tanda petik tunggal (‘…’)
14. Tanda garis miring (/)
15. Tanda penyingkat (‘)
2.3.
Fungsi
tanda baca
Dari macam - macam tanda baca yang telah
disebutkan tadi, masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya masing
- masing.
Fungsi dari macam-macam tanda tersebut
adalah :
2.3.1.
Tanda
Titik (.)
1.
Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2.
Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.
III. Departemen
Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. ...
b.
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka
atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan
yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20
detik)
4.
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.
Tanda titik
dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Poestaka.
6.
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan
1.231 jiwa.
7.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
8.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan
9.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat
pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
2.3.2.
Tanda
Koma (,)
1.
Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
khusus memerlukan perangko.
2.
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata
berikutnya yang didahului oleh kata sepertitetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3.
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5.
Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh
karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi,
soalnya tidak semudah itu.
6.
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di
dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
7.
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena
kamu lulus.”
8.
Tanda koma
dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan
kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei 1960
(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.
9.
Tanda koma
dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10.
Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.
Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono,
berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun
yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas
yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan
namanya pada panitia.
12.
Tanda koma
dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13.
Tanda koma dapat
dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,
kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan
terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih atas
bantuan Edyar.
14.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
2.3.3.
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma
dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma
dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu;
Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
2.3.4.
Tanda
Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati
Suryati
Bendahara : Noviana
Pertiwi
2.
Tanda titik dua
dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34),
1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali
Hakim, Pendidikan Seumur
Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy
W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk.
Jakarta: Penebar Swadaya.
3.
Titik dua dapat
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini
kamu!”
Karyo : (datang
menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan
sepatu hitam yang di atas lemari!”
4.
Titik dua dapat
dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi,
Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari.
2.3.5.
Tanda
Hubung (-)
1.
Tanda hubung
menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak
mematuhi peraturan tersebut.
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi
industri padat karya.
|
2.
Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang,
kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3.
Tanda hubung
menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4.
Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang
dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek,
mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5.
Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
Tanda Pisah
1.
Tanda pisah
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan
tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda pisah
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
3.
Tanda pisah
dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
Tanda Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2.
Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke
pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, maka perlu dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai
penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
2.3.6.
Tanda
Tanya
1.
Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2.
Tanda tanya
dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
2.3.7.
Tanda
Seru (!)
1.
Tanda seru
dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2.
Tanda seru
dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!
2.3.8.
Tanda
Kurung ((...))
1.
Tanda kurung
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK
(Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2.
Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3.
Tanda kurung
mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a)
alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4.
Tanda kurung
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadikokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
2.3.9.
Tanda
Kurung Siku ([...])
1.
Tanda kurung
siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung
siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
2.3.10.
Tanda
Petik (“...”)
1.
Tanda petik
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu
sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia.”
2.
Tanda petik
mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada
halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang
berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.
Tanda petik
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar
yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat
julukan “si Hitam”.
2.3.11.
Tanda
Petik Tunggal (‘...’)
1.
Tanda petik
tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak
Hamdan.
2.
Tanda petik
tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
2.3.12.
Tanda
Garis Miring (/)
1.
Tanda garis
miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2.
Tanda garis
miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
2.3.13.
Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
1.
Penggunaan tanda
baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
2.
Masing masing
tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus
cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang
telah di tetapkan
3.
Penggunaan ejaan
yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah
agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah
dipahami.
Dari berbagai macam kesimpulan, maka
penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar
penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah
dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
II.
Penutup
Dari tugas makalah tersebut, banyak
hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah kami harapkan dan
sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita
mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang tentu saja sesuai
dengan EYD.
Dan demikian makalah yang dapat kami
buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai
dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas selanjutnya,kami
dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Sugihastuti, dkk.
2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza, Lamudin.
1993.Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan. Dkk.
2003, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi-2. Jakarta:
Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar